Jumat, 10 Januari 2014

proposal penelitian sementara



PERSEPSI PETANI TERHADAP PADI SAWAH VARIETAS INPARI 6 JETE.YANG DIUSAHAKAN DI KABUPATEN KUPANG



Bab I
Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
Salah satu sector yang diprioritaskan dalam pembangunan nasional adalah sector pertanian.Pembangunan pertanian bertujuan untuk menigkatkan produksi,memantapkan swasembada pangan,sekaligus kesejateraan masyarakat.usaha untuk pemenuhan kebutuhan rakyat dilakukan melalui program: 1.intensifikasi , 2. Ekstensifikasi,3.Difersifikasi dan yang ke 4.Rehabilitasi.
Secara klimatologis,Nusa Tenggara Timur ( NTT )merupakan salah satu kawasan yang tergolong beriklim kering ( semi arid) dengan musim kemarau 8 bulan dan empat bulan musim hujan, suhu udara berkisar antara 19oC-38oC,sebagai daerah kepulauan dengan topografi yang berbukit-bukit dan sifat tanah yang mudah lonsor sehingga didaerah ini cukup sulit untuk mengembangkan usaha manukultur.Walaupun potensi sumberdaya alam yang kurang menguntungkan,namun sektor pertanian tetap di pertahankan dengan berbagai upaya diantaranya melalui penanaman jenis tanaman yang sesuai dengan kondisi di Wilayah Nusa Tenggara Timur.

Jenis tanaman pokok yang umumnya diusahakan pada lahan kering di Nusa Tenggara Timur adalah Padi, jagung, sorgum, Kacang-kacangngan, dan umbi-umbian.salah satu jenis tanaman pangan yang benyak di usahakan di NTT adalah tanaman Padi sawah.

Padi sawah (Oryza sativa ) merupakan bahan pangan penting sumber karbohidrat utama.peranannya sebagai salah satu makanan pokok NusaTenggara Timur yang makin hari terasa penting karena mengandung nilai gisi dan energy yang cukup bagi ketahanan tubuh manusia.secara agroekologi tanaman ini sangat sesuai dengan keadaan iklim di wilayah NTT sehingga muncul banyak varietas sebagai akibat dari daya adaptasi terhadap lingkungan setempat.
Ditinjau dari pengguaan varietas, pmerintah daerah NTT telah banyak mengintroduksi jenis varietas padi sawah yaitu IR 64,Memberamo, Inpari 10, Inpari 6 jate dari varietas ciherang.dari varietas – varietas ini petani selalu menggunakan  varietas inpari 6 jite.Hal ini disebabkan padi sawah varietas ini tahan terhadap serangan hama penyakit,tekstur nasinya sangat pulen dan enak, produktivitasnya sangat
Tinggi serta secara iklim lebih cocok di budidayakan di daerah NTTdi bandingkan dengan varietas – varietas lainnya.
     Kabupaten kupang merupakan salah atu kabupaten di NTT dengan jumlah penduduk 304 548 jiwa serta memilki luas wilayah 5 490,97 km2 dimana sebagian besar penduduknya bekerja di sektor pertanian yaitu pertanian tanaman pangan.salah satu jenis usahatani yang dikembangkan dikabupaten ini adalah padis sawah.
     Dari keenam varietas unggul yang dikemukakan di atas paling banyak diusahakan petani adalah varietas inpari 6 jete,fenomena yang demikian menimbulkan pertanyaan apa keunggulani varietas ini sehingga banyak petani yang berminat untuk mengusahakannya,untuk itu perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui “Persepsi Petani Terhadap Padi Sawah Varietas Inpari 6 Jete.Yang Diusahakan Di Kabupaten Kupang”.



1.2.Perumusan Masalah
Berdasarakan uraian latar belakang diatas, maka permasalahan penelitian yang perlu dikaji adalah :
1.       Bagai mana persepsi petani terhadap padi sawah varietas Inpari 6 jete yang diusahakan di kabupaten kupang ?
2.       Berapa besar produktivitas dari varietas tersebut ?
3.       Bagaimana karatarestik dari varietas tersebut ?
4.       Faktor – faktor sosial ekonomi yang mempunyai hubungan dengan persepsinya petani Kabupaten Kupang terhadap padi sawah varietas Inpari 6 Jete?

1.2. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan diatas,maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui :
1.       Persepsi petani KabupatenKupang terhadap padi sawah varietas Inpari 6 Jete
2.       Prduktivitas padi sawah Inpari 6 Jete yang diusahakan petani Kabupaten kupang
3.       Karatarestik padi sawah Inpari 6Jete yang diusahakan petani Kabupaten Kupang
4.       Faktor – faktor sosial ekonomi apa yang mempunyai hubungan dengan persepsi petani Kabupaten Kupang terhadap padi sawah varietas Inpari 6 Jete?


Bab II
Landasan Teoritis

2.1. Pengertian Padi Sawah

Padi (oryza sativa) adalah bahan baku pangan pokok yang vital bagi rakyat Indonesia. Menanam padi sawah sudah mendarah daging bagi sebagian besar petani di Indonesia. Mulanya kegiatan ini banyak diusahakan di pulau Jawa. Namun, saat ini hampir seluruh daerah di Indonesia sudah tidak asing lagi dengan kegiatan padi di sawah. Sistem penanaman padi di sawah biasanya didahului oleh pengolahan tanah secara sempurna seraya petani melakukan persemaian. Mula-mula sawah dibajak, pembajakan dapat dilakukan dengan mesin, kerbau atau melalui pencangkulan oleh manusia. Setelah dibajak, tanah dibiarkan selama 2-3 hari. Namun di beberapa tempat, tanah dapat dibiarkan sampai 15 hari. Selanjutnya tanah dilumpurkan dengan cara dibajak lagi untuk kedua kalinya atau bahkan ketiga kalinya 3-5 hari menjelang tanam. Setelah itu bibit hasil semaian ditanam dengan cara pengolahan sawah seperti di atas (yang sering disebut pengolahan tanah sempurna, intensif atau konvensional) banyak kelemahan yang timbul penggunaan air di sawah amatlah boros. Padahal ketersediaan air semakin terbatas. Selain itu pembajakan dan pelumpuran tanah yang biasa dilakukan oleh petani ternyata menyebabkan banyak butir-butir tanah halus dan unsur hara terbawa air irigasi. Hal ini kurang baik dari segi konservasi lingkungan.

2.2. CIRI – CIRI VARIETAS INPARI 6 JETE

                 VARIETAS INPARI 6 JETE termasuk golongan cere indica dengan umur tanaman 118 hari, tinggi tanaman 100 cm, jumlah anakan 15 batang. INPARI 6 memiliki tekstur nasi sangat pulen dengan kadar amilosa 18 %. Potensi produksi varietas INPARI 6 produktivitas 8,60 ton/ha GKG; 12 ton/ ha GKG. Varietas ini tahan rebah, serta tahan terhadap hama wereng batang coklat biotipe 2 dan 3 serta tahan terhadap penyakit hawar daun bakteri strain III, IV dan strain VIII. Varietas INPARI 6 JETE diiepas berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian No. 956/ Kpts/SR.120/7/2008 Tanggal 17 Juli 2008.
Inbrida Padi Rawa (IN PARA) Inbrida Padi Rawa adalah varietas-varietas unggul padi yang baik dibudidayakan pada kondisi lahan rawa, tahan terhadap rendaman, serta daya adaptasi pada kondisi lahan masam.               
2.3. PELAKSANAAN TEKNIS BUDIDAYA PADI SAWAH
2.3.1. Persiapan Lahan Budidaya Padi Sawah
Persiapan lahan dalam budidaya tanaman padi sawah meliputi pembersihan jerami padi atau sisa tanaman lain, pencangkulan pematang sawah untuk memperbaiki pematang-pematang rusak, pemberian kapur pertanian disesuaikan dengan pH tanah, pemberian pupuk kandang yang sudah difermentasi sebanyak 4 ton/ha, pembajakan serta penggaruan tanah. Saat melakukan penggaruan sebaiknya saluran pembuangan air ditutup, agar pupuk yang sudah diberikan tidak hanyut terbawa oleh air
2.3.2. Persiapan Bibit dan Penanaman Padi Sawah
 Membuat persemaian merupakan langkah awal bertanam padi. Pembuatan persemaian memerlukan persiapan sebaik-baiknya, sebab benih di persemaian ini akan menentukan pertumbuhan tanaman padi di sawah, oleh karena itu persemian harus benar-benar mendapat perhatian, agar harapan untuk mendapatkan bibit padi sehat serta subur dapat tercapai. Yang perlu diperhatikan adalah penggunaan benih padi unggul bersertifikat, dengan kebutuhan 25-30 kg/ha. Pilih lokasi persemaian yang tanahnya subur serta intensitas cahaya matahari sempurna. Buat bedengan berukuran lebar 1 m, panjang 4 m, tinggi 20-30 cm. Pada lahan seluas 1 hektar dibutuhkan 4 bedengan. Untuk menghindari serangan hama tikus, sebaiknya tempat persemaian padi dikelilingi pagar plastik. Berikan pupuk NPK 15-15-15 sebanyak 1 kg untuk 4 bedengan. Benih padi yang telah direndam selama 1 malam siap untuk ditebar. Bibit berumur 18 hari siap untuk pindah tanam. Sebelum ditanam, bibit padi yang telah dicabut direndam dalam larutan insektisida berbahan aktif karbofuran dengan konsentrasi 1 gr/ liter selama 2 jam. Daun bibit dibiarkan utuh, tidak dipotong seperti kebiasaan petani. Saat melakukan penanaman, lahan dalam kondisi macak-macak, tidak perlu tergenang air. Penanaman budidaya padi dilakukan dengan jumlah satu tanaman per titik tanam, menggunakan sistem jajar legowo 2-1, jarak 15 x 25 cm serta lebar barisan legowo 50 cm. Keuntungan cara menanam padi sawah menggunakan sistem ini adalah memberikan ruang cukup untuk pengaturan air serta mengoptimalkan cahaya matahari, pengendalian hama penyakit tanaman padi juga lebih mudah, serta pemupukan   berdaya guna.


2.4. PEMELIHARAAN TANAMAN PADI SAWAH
2.4.1. Penyulaman Budidaya Padi Sawah
Penyulaman budidaya tanaman padi sawah dilakukan sampai tanaman padi berumur 2 minggu. Tanaman padi yang sudah terlalu tua apabila masih terus disulam mengakibatkan pertumbuhan tidak seragam, akan berpengaruh terhadap pemanenan. Sanitasi Lahan dan Pengairan Budidaya Padi Sawah Sanitasi lahan pada budidaya padi sawah meliputi : pengendalian gulma/rumput (penyiangan), pencabutan tanaman padi terserang hama penyakit. Penyiangan dalam budidaya padi dilakukan 2 kali, sebelum pemupukan kedua dan ketiga dengan cara mencabut gulma atau menggunakan alat gosrok/landak. Bila pertumbuhan gulma cukup cepat, maka penyiangan bisa dilakukan 3 kali. Hal utama yang perlu diperhatikan dalam pengairan budidaya padi sawah adalah pengaturan air agar tetap dalam kondisi macak-macak. Tinggi air tidak lebih dari 1 cm. Pengaturan air terus dilakukan sampai 10 hari menjelang panen. Pemupukan Susulan Budidaya Padi Sawah Melakukan pemupukan susulan dalam budidaya padi merupakan salah satu cara menanam padi yang perlu mendapat perhatian serius, karena nutrisi tanaman padi harus tetap tersedia sepanjang masa budidaya padi untuk menghasilkan produksi optimal. Pupuk susulan yang diberikan pada budidaya padi meliputi pupuk akar dan pupuk daun. Pupuk akar diberikan sebanyak 3 kali. Pemupukan pertama dilakukan saat tanaman padi berumur 7 hari setelah tanam (HST) menggunakan pupuk NPK 15-15-15 sebanyak 150 kg/ha, urea sebanyak 50 kg/ha. Pemupukan kedua dilakukan saat tanaman padi berumur 20 HST menggunakan pupuk NPK 15-15-15 sebanyak 150 kg/ha, urea sebanyak 50 kg/ha. Pemupukan ketiga dilakukan saat tanaman padi berumur 35 HST menggunakan pupuk NPK 15-15-15 sebanyak 250 kg/ha. Pupuk daun kandungan nitrogen tinggi dilakukan saat tanaman padi berumur 14 hst, konsentrasi 2 gr/liter, sedangkan pupuk daun kandungan phospat dan kalium tinggi diberikan saat umur 30 hst, 45 hst. Pemupukan phospat dan kalium tinggi menggunakan pupuk MKP dengan konsentrasi 2 gr/liter pada umur 30 hst, konsentrasi 4 gr/liter pada umur 45 hst.





Bab III
Metodologi Penelitian

1.1               Kerangka Berpikir
Padi sawah merupakan komoditi tanaman pangan yang telah lama dibudidayakan di Kabupaten Kupang .Secara sosio kultur agroekologi tanaman ini sangat sesuai dengan keadaan iklim di wilayah NTT, sehinnga muncul beberapa varietas sebagai akibat dari daya adaptasi  terhadap lingkungan setempat.

Ditinjau dari pengguanaan varietas , pemerintah daerah NTT telah banyak mengintroduksi jenis varietas padi sawah yaitu IR 64, Membramo, Inpari10, Inpari 6 jete dan varietas ceherang .dari varietas ini yang paling banyak diusahakan petani Kabupaten Kupang saat ini adalah varietas Inpari 6 jete.adanya kenyataan yang demikian karena petani memiliki persepsi tersendiri terhadap varietas tersebut, baik terhadap daya hasilnya , umur produksi, ketahanan terhadap serangan hama/penyakit, rasa nasinya maupun harga berasnya di pasaran.

Secara umum persepsi seseorang terdahap sesuatu dipengaruhi oleh 3 faktor yaitu factor penerima, factor situasi,dan factor objek/target.dalam penelitian ini hanya mau melihat bagimana persepsi seorang petani terhadap factor objek/target yaitu padi sawah  vatietas Inpari 6 jete.dasar dari factor penerima ,yaitu penerima yang mau dilihat adalah factor : umur petani, tingkat pendididkan formal dan non formal , jumlah anggota kelurga,luas lahan garapan, pendapatan keluarga , pengalaman petani.








Cara skematis kerangka pemikiran ini dapat dilihat pada gambar 1 berikut .


Rounded Rectangle: Padi Inpari Jete

                                                                                                          














Rounded Rectangle: Faktor Sosial Ekonomi Petani
Rounded Rectangle: Petani Padi Sawah
Rounded Rectangle: Factor Lain

 



                                                                                                                                  



 






Gambar 1. Kerangka Pemikiran Persepsi Petani Terhadap Padi Sawah Varietas Inpari 6 Jete.

1.2               Hipotesis

Factor – factor social ekonomi yang di duga mempunyai hubungan dengan persepsi petani  terhadap padi sawah varietas Inpari 6 jete yang di usahakan di kabupaten kupang adalah umur responden ,tingkat pendididikan forman dan nonformal, pendapatan usaha petani,luas lahan , jumlah tanggungan keluarga dan pengalaman usahatani.

Daftar pustaka

A.W.Van den Ban dan .H.S.Hawkins,1999.Penyuluhan pertanian (edisi terjemahan).penerbit kanisiua ,jokjakarta .

BPS Propinsi NTT,2011.statistik Pertanian NTT .BPS Propinsi NTT,Kupang

http:///luki2blog. Wordpress.com/2008/10/20/Varietas-Padi-Unggul/



Tidak ada komentar:

Posting Komentar